Jakarta, LANGSUNG – Yayasan pendidikan mempunyai peranan penting dalam kepemilikan dan pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia.

Baca juga:

Ibas Yudhoyono: Harus ada sikap kritis dalam dunia pendidikan

Melalui peran penting yayasan, lembaga pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing dan berkualitas.

Yayasan ini juga berperan penting dalam memperkenalkan berbagai bentuk ilmu pengetahuan melalui proses pendidikan atau konferensi yang diselenggarakannya.

Baca juga:

Pentingnya kepemimpinan etis

Hal tersebut diungkapkan Presiden Yayasan Universitas Krisnadvipaana (Uncris), Gayus Lumbuun, di sela-sela Stadion Umum yang digelar pada Selasa, 9 Oktober 2024 di Jakarta.

Menurut Prof Gayus, sebagai lembaga yang berdedikasi pada pelayanan publik, yayasan tidak hanya sekedar mencari keuntungan.

Baca juga:

Risma Janji Naikkan Anggaran Pendidikan Jatim 35%, Dewan Pendidikan: Sulit

“Masyarakat harus memahami bahwa dana operasionalnya bukan untuk mencari keuntungan. “Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan seperti Uncris Foundation dapat menghasilkan produk berupa lulusan yang berkualitas,” ujar Profesor Gayus pada acara yang bertemakan “Yayasan sebagai organisasi pendidikan: menuju Uncris yang lebih tinggi”.

Diakuinya, hampir seluruh dana pendidikan terkena dampak krisis ini. Hal ini terkait dengan banyaknya kompetisi di lingkungan Yayasan itu sendiri.

“Tetapi selama itu masuk akal secara ilmiah, tidak apa-apa. Padahal, kompetisi-kompetisi tersebut bisa saling melengkapi. Profesor Gayus melanjutkan: “Selalu ada pro dan kontra, tapi tujuannya sama.”

Terkait hal tersebut, Direktur Uncris Fund Amir Karyati mengatakan Uncris didirikan pada tahun 1952 oleh 12 orang, dua di antaranya adalah menteri.

12 angka ini mewakili banyaknya suku yang ada di Indonesia sehingga banyak yang menyebutnya sebagai miniatur Indonesia.

“Kalau Unkris nanti banyak melahirkan menteri atau pejabat publik lainnya, sejarahnya selalu seperti ini,” kata Amir.

Ia meyakinkan, keberadaan dana tersebut untuk menunjang kegiatan perguruan tinggi. Dukungan tersebut tidak hanya mengacu pada pembangunan kampus dan penyelesaian infrastruktur, namun juga pada serangkaian pengembangan seperti kerjasama minimarket, pembangunan klinik kesehatan, gedung atau paviliun untuk pertemuan, dan lain-lain.

“Semua ini kami ciptakan untuk mendukung pemikiran civitas akademika untuk menjadi wirausaha yang dikemas secara produktif dan inovatif,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Donny Kahyadi Foeng dan Prof. Firmanto Laksana yang hadir sebagai lulusan program doktor Uncris lebih banyak memberikan testimoni mengenai pengalamannya di Uncris dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Uncris yang dapat menjadi landasan bagi Uncris untuk menjadi universitas kelas satu.

Mereka juga diharapkan dapat menjadi motivasi dan teladan bagi mahasiswa Uncris untuk melanjutkan studinya hingga mencapai kemajuan dan kesuksesan.

Sekadar informasi, artikel Profesor Gayus tentang aktivitas stadion umum diambil dari buku “Reason and Doubt” karya David B. Ellison, Grigory Pavela, Ivan Oransky “Reason and Doubt” adalah ilmu baru. dan diakui oleh kelompok akademis pada abad ke-17. Keraguan tersebut muncul karena hakikat manusialah yang melingkupi kehidupan manusia.

Halaman selanjutnya

Diakuinya, hampir seluruh dana pendidikan terkena dampak krisis ini. Hal ini terkait dengan banyaknya kompetisi di lingkungan Yayasan itu sendiri.