Jakarta, LANGSUNG – Presiden terpilih Prabowo Subianto telah menetapkan target pembangunan ekonomi sebesar 8 persen selama masa jabatannya. Hal ini sering dikritik oleh berbagai pihak yang menilai tujuan tersebut sulit dan tidak akan tercapai.

Baca juga:

Guyon Prabowo Cari Bahlil dan Roseanne: Ini Bukan Waktunya, Harap Diperhatikan!

Prabovo pun buka suara soal sindiran yang menimpa dirinya. Meski kerap diejek, Prabowo mengaku dilatih oleh presiden pertama RI, Soekarno.

“Mereka sering mengolok-olok saya, Prabowo, kalau pertumbuhannya 8 persen, mereka mengolok-olok kita, tidak apa-apa. Saya belajar dari Bung Karno. Kiprahnya pernah berkata: ‘Gantungkan impianmu seperti langit, jika langit tak tercapai.’ , batasnya paling tidak kamu jatuh di antara bintang-bintang,” kata Prabowo pada harian BNI Investor Summit 2024 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2024.

Baca juga:

Muzani mengatakan Prabowo-Gibran akan langsung ke Istana usai dilantik pada 20 Oktober 2024

Presidente electo Prabowo Subianto

Prabowo mengatakan targetnya adalah pertumbuhan ekonomi 8 persen. Namun kalau pertumbuhannya tidak mencapai 8 persen, maka menjadi 7 persen.

Baca juga:

Bahlil mengatakan Prabowo dan Jokowi menjadi lebih dekat setelah makan malam

“8 persen, kalau tidak mencapai 8 persen, 7,5 persen, kalau tidak mencapai 7,5 persen, target saya 7 persen. Itu saja, katanya.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Institute of Economic Development and Finance (Indef) Didik J. Rajbini memperkirakan jika target pertumbuhan ekonomi yang dicita-citakan Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto, tidak sebesar 8 persen. kebijakan saat ini masih berlaku.

Guru besar ilmu ekonomi ini mengatakan perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan stagnan sebesar 5 persen atau kurang karena bergantung pada konsumsi dan sektor jasa yang bercampur dengan sektor informal.

Janji Prapemilu Prapemilu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, yang hampir mustahil dilakukan dengan kebijakan saat ini, kata Didik dalam keterangannya, Senin, 18 Juni 2024.

Menurut dia, perekonomian kehilangan mesinnya dengan adanya sektor jasa yang tidak modern dan hanya bergantung pada konsumsi dalam negeri. Kemudian, pada gilirannya, perekonomian hanya berkembang secara perlahan atau sedang.

Halaman selanjutnya

Guru besar ilmu ekonomi ini mengatakan perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan stagnan sebesar 5 persen atau kurang karena bergantung pada konsumsi dan sektor jasa yang bercampur dengan sektor informal.