Selama dua dekade dan 37 intervensi bedah, Chusnul Chotitimah masih ada dari malam di mana ia selamat dari pemboman Bali, yang menewaskan 202 dalam salah satu serangan militan paling fatal di dunia.

Tercakup dalam bekas luka bakar, Chusnul, 55 tahun, sekarang khawatir bahwa kehilangan akses ke perawatan yang menghemat kehidupan setelah Nation of the South -EST Asia dan pertumbuhan ekonomi dari kerepapan.

Ledakan tahun 2002 bertujuan disko di pantai Kuta di resor wisata Isola di Bali, disalahkan dengan jaringan yang terhubung dengan al-Qaeda Jemah Islamy, menewaskan 38 orang Indonesia dan 88 orang Australia, serta orang-orang dari 20 negara lain.

Sementara Chusnul melanjutkan penyembuhannya yang menyakitkan dan berjuang untuk menjaga camilannya tetap stabil di Sidoarjo di Jawa Timur, ia bergantung pada pendanaan korban Indonesia dan Badan Perlindungan Saksi, LPSK, untuk narkoba dan bantuan psikiatris.

“Saya menghubungi Miss Susi, Wakil Kepala LPSK, dan saya bertanya:” Nona Susi, apakah benar bahwa akan ada pemotongan untuk anggaran LPSK dari pemerintah? “Dia berkata ya. Saya bertanya, bagaimana ini akan mempengaruhi bantuan medis para korban? Dia berkata kepada saya:” Sepertinya bantuan Anda tidak akan yakin, “kata Chusnul.

Kepala LPSK Achmadi, yang membuat nama, mengatakan bahwa agensi mendukung pemotongan anggaran Prabowo, tetapi masih akan menyambut hak -hak saksi dan korban dalam melakukan upaya untuk menjadi lebih efisien.

Mahasiswa demonstran selama demonstrasi terhadap efisiensi anggaran baru -baru ini dan kebijakan lain yang diterapkan oleh Sub -Struktur Presiden Prabowo, di Jakarta, Indonesia, Jumat. Foto: AP

Source link