Jakarta (Antara) – Untuk memperkuat kedaulatan digital dan mendukung percepatan transformasi digital di berbagai sektor, pemerintah sedang mengembangkan Pusat Data Nasional (PDN) pertamanya di Cikarang, Jawa Barat.
Menurut Menteri Komunikasi dan Urusan Digital Meutya Hafid, pemerintah bertujuan untuk membuat pusat data beroperasi pada akhir Maret 2025.
Setelah menyelesaikan pembangunan pusat data, Indonesia akan memiliki sistem pusat data yang lebih baik daripada sebelumnya, katanya.
Melalui pusat, data dari kementerian dan lembaga pemerintah dapat diintegrasikan yang saat ini terpisah.
Kehadiran pusat data harus meningkatkan efisiensi pengelolaan data pemerintah dan pasokan layanan digital untuk publik.
Sebelumnya pada 20 Juni 2024, Pusat Data Nasional sementara (PDNS) 2 di Surabaya, Java Timur, ditargetkan dalam serangan komputer dalam bentuk ransomware yang disebut Brain Cipher, yang mencetak beberapa layanan publik, termasuk layanan imigrasi.
Pada saat itu, krisis ditangani melalui kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Perbandingan (sekarang Kementerian Komunikasi dan Urusan Digital), National Cyber dan Cricryption Agency (BSSN), Kepolisian Nasional (CORSE) dan perusahaan dari Solusi IT Telkomsigma.
Pemerintah telah menerapkan langkah -langkah untuk mengelola serangan dengan mengisolasi data dan mendorong migrasi data untuk terus dilakukan oleh manajer layanan yang bersangkutan.
Mengingat kecelakaan ini, pemerintah berusaha menjamin keamanan PDN Cikarang.
Kementerian Komunikasi dan Urusan Digital melakukan evaluasi akhir dari keandalan sistem keamanan komputer PDN Cykarang untuk mencegah gangguan lain seperti yang dialami di pusat data sementara tahun lalu.
Evaluasi ini mencakup aspek operasional dari pusat data, yang akan mendukung digitalisasi layanan publik. Setelah evaluasi selesai, pusat data akan diresmikan.
Memperkuat infrastruktur
Pemerintah awalnya berencana untuk membangun pusat data nasional di Batam bekerja sama dengan Korea Selatan.
Sementara itu, proyek pusat data lain di ibukota baru Labuan Bajo dan Indonesia Nusantara bahkan belum memasuki fase lelang.
Pakar keamanan komputer dan kepala Lembaga Penelitian Cybersecurity Cissrec, Pratama Persadha, mengatakan bahwa pembatalan proyek pusat data di Batam akan memiliki konsekuensi yang signifikan pada keamanan data nasional.
Dari sudut pandang keamanan TI, hanya mengandalkan Cikarang PDN dapat melibatkan serangkaian risiko yang dapat melemahkan ketahanan infrastruktur data nasional, jelasnya.
Sementara itu, dalam hal manajemen data pemerintah dan layanan publik digital, dengan operator pusat data utama tunggal, Indonesia harus menghadapi risiko titik kebangkrutan tunggal.
Ini berarti gangguan atau serangan yang bertujuan pada Cikarang PDN dapat melumpuhkan sistem layanan publik yang bergantung padanya.
Namun, jika ada beberapa pusat data nasional yang didistribusikan di seluruh negeri, serangan terhadap suatu posisi tidak akan segera melumpuhkan seluruh sistem layanan pemerintah.
Untuk menanggapi tantangan ini, ia menyarankan agar pemerintah mempercepat pengembangan pusat data nasional di lokasi lain untuk memastikan bahwa sistem manajemen data nasional terus bekerja seperti yang diharapkan.
Selain itu, dianggap penting untuk memberikan prioritas untuk memperkuat keamanan infrastruktur yang ada.
Adopsi teknologi keamanan canggih seperti enkripsi tingkat tinggi dan deteksi ancaman berdasarkan kecerdasan buatan harus membantu mengurangi risiko kerugian dan serangannya.
Pemerintah juga harus berkolaborasi dengan sektor swasta dan industri teknologi untuk membangun ekosistem keamanan data yang kuat.
Kolaborasi dengan penyedia layanan cloud dan lembaga keamanan komputer dapat membantu mengisi kesenjangan infrastruktur.
Mempertimbangkan pengembangan berkelanjutan pembuat cyber, adopsi pendekatan terhadap beberapa bagian sangat penting untuk mempertahankan kedaulatan data nasional dan menjamin keamanan berkelanjutan dan stabilitas layanan publik.
Sumber daya manusia
Pengamat keamanan komputer Alfons Tanujaya menyoroti pentingnya sumber daya manusia yang kompeten untuk pengelolaan Pusat Data Nasional untuk menjamin keselamatan mereka.
“Jika kami memutuskan untuk mengelola data kami … itu harus dikelola dengan standar yang baik,” katanya.
Dia mengamati bahwa pekerja yang memenuhi syarat diperlukan untuk mendukung pengembangan Pusat Data Nasional, menambahkan bahwa tanpa manajemen yang memenuhi standar, pusat data tidak bekerja secara optimal.
Selain meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, pengelolaan data terintegrasi, khususnya data non -sensitif, harus melibatkan partai swasta nasional. Pendekatan ini dianggap lebih aman dan lebih efisien untuk pengelolaan data pemerintah.
“Jika ada masalah, tanggung jawab masih dengan perusahaan yang beroperasi di Indonesia,” jelasnya.
Dengan adanya infrastruktur yang andal dan sumber daya manusia yang kompeten, keselamatan pusat data dapat dijamin dan gangguan seperti 2024 dapat dihindari, sehingga menjamin kesinambungan layanan publik yang aman dan stabil.
Berita terkait: Pusat Data Nasional ditakdirkan untuk beroperasi pada bulan Maret
Berita terkait: Indonesia Membangun Pusat Data Baru, Mempersiapkan Dua Lainnya
Penerbit: Rahmad Nasution
Hak Cipta © antara 2025