Setidaknya enam orang tewas akibat Badai Oscar di Kuba, demikian konfirmasi presiden negara tersebut, Miguel Díaz-Canel.

Oscar mendarat sebagai badai kategori satu di dekat kota Baracoa di Kuba timur pada Minggu sore waktu setempat sebelum melemah menjadi badai tropis.

Provinsi Guantánamo adalah wilayah yang paling parah terkena dampaknya, dengan lebih dari 1.000 rumah rusak akibat hujan lebat dan angin kencang.

Badai tersebut menghantam selama pemadaman listrik di seluruh pulau yang menyebabkan sekitar 10 juta warga Kuba berada dalam kegelapan.

Presiden Díaz-Canel mengatakan, hingga Selasa dini hari, masih ada wilayah yang belum bisa diakses setelah meninggalnya Oscar.

Dia menambahkan bahwa petugas penyelamat melakukan yang terbaik untuk mencapai mereka yang terputus.

Presiden mengatakan bahwa “kota San Antonio dan Imías sangat terpukul oleh peristiwa ini dan bahkan terdapat tingkat banjir yang tidak tercatat secara historis di kedua wilayah ini”.

Keenam korban jiwa semuanya tercatat di San Antonio, namun sejauh ini belum ada rincian yang diberikan mengenai bagaimana mereka meninggal.

Ahli meteorologi telah memperingatkan bahwa Oscar dapat menyebabkan banjir bandang lokal di Bahama tenggara dan Kepulauan Turks dan Caicos pada hari Selasa ketika bergerak ke arah timur laut.

Sejumlah warga Kuba yang tinggal di wilayah yang listriknya belum pulih kembali turun ke jalan sebagai bentuk perbedaan pendapat yang jarang terjadi di negara yang melarang unjuk rasa tanpa izin dan bisa menjebloskan pengunjuk rasa ke penjara.

Sambil memukul-mukul panci dan wajan, mereka meneriakkan: “Nyalakan lampu.”

Meskipun pemadaman listrik bukanlah hal yang aneh di Kuba, kegagalan pembangkit listrik terbesarnya pada minggu lalu memicu reaksi berantai yang membuat negara tersebut terjerumus ke dalam kegelapan.

Presiden Díaz-Canel menyalahkan situasi ini sebagai akibat dari pengetatan embargo perdagangan AS yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Ia juga mengatakan bahwa negara Kuba tidak akan beristirahat sampai listrik kembali pulih.

Namun pada Senin malam, warga yang tinggal di lingkungan yang masih belum mendapat aliran listrik mengatakan mereka sudah muak.

“Kami sudah tanpa listrik sejak Jumat,” kata seorang pria kepada kantor berita Reuters.

“Nenek saya yang berusia 85 tahun meminta air dingin kepada saya sejak Jumat,” tambahnya.

Seorang wanita mengatakan kepada Reuters bahwa dia telah mati listrik selama empat hari.

“Makanan sudah basi, anak-anak kesulitan, kami tidak punya air dingin, kami tidak punya apa-apa,” katanya.

Masyarakat Kuba tidak hanya mengalami kesulitan akibat pemadaman listrik, namun juga kekurangan bahan bakar dan makanan ketika negara yang dikuasai komunis tersebut mengalami krisis ekonomi terburuk dalam tiga dekade terakhir.