Istri Kizza Besigye mengatakan dia ditangkap di Nairobi dan ditahan di penjara Kampala dan menyerukan pembebasannya segera.
Politisi oposisi terkemuka Uganda Kizza Besigye telah diculik di negara tetangga Kenya dan dibawa ke penjara militer di Uganda, menurut istrinya.
Winnie Byanyima, Direktur Eksekutif Program PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS), meminta pemerintah Uganda X untuk segera membebaskan suaminya.
Menurut Byanyima, dia diculik Sabtu pekan lalu saat berada di ibu kota Kenya, Nairobi, untuk menghadiri acara peluncuran buku politisi lain.
“Saya sekarang mendapat informasi yang dapat dipercaya bahwa dia berada di penjara militer di Kampala,” tulisnya. “Kami, keluarga dan pengacaranya, menuntut untuk bertemu dengannya. Dia bukan seorang tentara. Mengapa dia ditahan di penjara militer?
Pemerintah dan militer Uganda belum mengomentari insiden tersebut.
Besigye diperkirakan akan hadir di hadapan pengadilan militer pada hari Rabu, kata salah satu pengacaranya.
“Informasi terbaru yang kami miliki adalah Besigye berada di sel militer di Kampala dan militer berencana untuk mengajukannya ke Pengadilan Umum Militer hari ini,” kata Erias Lukwago kepada AFP, mengutip sumber militer.
“Kami belum mendakwanya,” tambahnya.
Juru bicara kepolisian Uganda Kituuma Rusoke mengatakan kepada Reuters bahwa polisi tidak menangkapnya dan tidak dapat mengomentari keberadaannya.
Korir Singoei, kepala sekretaris luar negeri Kenya, mengatakan kepada media lokal bahwa Kenya tidak terlibat dalam dugaan insiden tersebut.
Pada bulan Juli, pihak berwenang Kenya menangkap 36 anggota partai Forum untuk Perubahan Demokratis (FDC) pimpinan Besigye, salah satu kelompok oposisi utama di Uganda.
Mereka kemudian dideportasi ke Uganda, di mana mereka menghadapi tuduhan terkait “terorisme”.
Besigye dulu ditangkap berkali-kali selama bertahun-tahun. Ia pernah menjadi dokter pribadi Presiden Uganda Yoweri Museveni selama perang yang dipimpin pemberontak di negara itu, namun kemudian menjadi kritikus dan lawan politik yang sengit.
Dia berlari melawan Museveniyang telah memerintah negara Afrika Timur itu sejak 1986 sebanyak empat kali. Dia kalah dalam semua pemilu tetapi menolak hasilnya dan menyalahkan penipuan dan intimidasi pemilih.
Selama beberapa dekade, pemerintahan Museveni telah berulang kali dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap para pemimpin dan pendukung oposisi, termasuk penahanan ilegal, penyiksaan dan pembunuhan di luar proses hukum.
Pihak berwenang Uganda membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan mereka yang ditangkap ditahan secara sah dan menghadapi proses hukum dalam sistem peradilan.