TOKYO — Mantan kaisar Jepang yang tercinta, Akihito, merayakan ulang tahunnya yang ke-91 pada hari Senin sambil melanjutkan hidupnya dengan meneliti ikan goby, merawat istrinya, dan berdoa untuk perdamaian.

Akihito, yang turun tahta pada tahun 2019 dan menyerahkan Tahta Krisan kepada putranya Kaisar Naruhito, kini menyandang gelar Kaisar Emeritus.

Akihito telah mengundurkan diri dari tugas resminya dan diam-diam menikmati istrinya yang berusia 90 tahun, mantan Permaisuri Michiko, yang mengalami patah tulang kaki pada bulan Oktober dan masih dalam masa pemulihan, menurut Badan Rumah Tangga Kekaisaran.

Menurut IHA, rutinitas Akihito antara lain membaca koran di pagi dan sore hari serta menonton berita bersama Michiko.

Mantan kaisar itu dijadwalkan merayakan ulang tahunnya bersama kerabat dan tamu lainnya pada hari Senin.

Tahun ini, Akihito sangat prihatin terhadap orang-orang yang terkena dampak gempa bumi mematikan pada Tahun Baru dan hujan lebat di wilayah Noto tengah-utara Jepang, kata IHA.

Menurut pejabat, Akihito terus aktif mempelajari klasifikasi ikan gobi air tawar Jepang di laboratorium istana dan di kediamannya.

Menurut Konstitusi Jepang, kaisar adalah simbol tanpa kekuatan politik. Pemerintahan militeristik pada masa perang memuja kaisar sebagai dewa yang hidup dan mengobarkan perang atas namanya sampai ayah Akihito melepaskan status tersebut setelah negara tersebut kalah dalam perang pada tahun 1945.

Selama tiga dekade pemerintahannya, Akihito dikenal sebagai pembawa perdamaian dan sering melakukan misi rekonsiliasi dan sangat menyesali perang tersebut.

Pejabat Istana mengatakan Akihito terus melakukan mengheningkan cipta selama satu menit pada hari-hari yang menandai peristiwa perang besar, termasuk berakhirnya Pertempuran Okinawa, peringatan bom atom AS di Hiroshima dan Nagasaki, serta hari penyerahan Jepang.

Kehidupan sehari-hari mantan kaisar “masih sangat terkait dengan kenangan masa perangnya,” kata pihak istana. Akihito dan Michiko saat ini sedang berlatih kutipan dari sebuah buku tentang Pertempuran Okinawa sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari mereka, kata IHA.

Source link