Pep Guardiola mengatakan terserah padanya untuk menemukan solusi atas ketidaknyamanan Manchester City setelah menderita kekalahan keempat berturut-turut untuk pertama kalinya dalam karir manajerialnya.
Gol dari pemain pengganti João Pedro dan Matt O’Riley menutup kebangkitan luar biasa Brighton setelah Erling Haaland membawa City unggul di babak pertama. Pasukan Guardiola dikalahkan 2-1 di Bournemouth setelah tersingkir dari Piala EFL di Tottenham dan kemudian dihancurkan 4-1 di Liga Champions pada hari Selasa oleh Sporting di Lisbon.
Namun meski mengakui skuadnya yang dilanda cedera membutuhkan waktu untuk “menjernihkan pikiran” selama jeda internasional, manajer City bersikeras bahwa timnya dapat pulih dari kemunduran terbaru mereka.
“Itu selalu terjadi satu kali seumur hidupmu, kan? Selalu ada yang pertama kali,” katanya tentang kehilangan rekor sejak jabatan manajerial pertamanya di Barcelona pada tahun 2006.
“Kami harus mengubahnya dan kembali meraih kemenangan. Kami berada di posisi kami saat ini dan mudah-mudahan ketika kami mendapatkan kembali para pemain saya tidak punya keraguan bahwa kami akan kembali. Ini adalah tantangan saya – tantangan kita – dan saya ingin menghadapinya. Saya tidak akan mundur sama sekali. Lebih dari sebelumnya saya ingin melakukannya. Jadi kami akan mencoba lagi. Kami harus menjernihkan pikiran dan para pemain kembali fit – ini adalah targetnya.”
Ketika ditanya apakah ia merasa rangkaian hasil buruk yang mereka alami merupakan tanda bahwa era dominasi City akan segera berakhir, Guardiola menunjuk pada jumlah pemain cedera yang dialami skuadnya setelah ia menyerahkan gelar Liga Premier kepada bek berusia 19 tahun, Jahmai Simpson-Pusey. debut.
“Itu yang kami inginkan – tidak selesai,” katanya. “Itu yang diinginkan masyarakat karena kami menang banyak, itu terjadi. Tapi saya ingin seluruh skuad bertarung dan jika ada yang (mengalahkan City) maka selamat. Bukan untuk memberikannya begitu saja karena kita tidak ada di sana.
“Saya merasa kami tidak bisa melakukannya setiap tiga atau empat hari dengan situasi yang kami hadapi. Era ini pasti akan datang (berakhir) – dalam 55 tahun ke depan, City tidak akan memenangkan Liga Premier setiap tahun. Tapi saya ingin kami mencobanya dan jika kami bisa bermain seperti di babak pertama maka kami punya peluang.”
Fabian Hürzeler senang dengan perubahan haluan timnya saat mereka menempati posisi keempat. “Manchester City adalah salah satu tim terbaik di dunia dan Pep Guardiola adalah salah satu pelatih terbaik,” ujarnya. “Itulah mengapa sangat penting untuk merasa bahagia, bangga, dan mendapatkan kepercayaan diri. Namun penting juga untuk tetap rendah hati.”